Tuesday, November 25, 2008

Ketika Aku Menjadi Guru

Suatu pagi hari di sekolah dasar, seorang guru bernama Dodi yang sedang membunyikan sebuah bel sekolah dengan lebih semangat dari hari-hari biasanya, karena hari itu adalah hari pertama memasuki semester ganjil. Ia juga sangat bahagia karena tahun itu banyak murid-murid kecil baru yang siap untuk ia ajari suatu hal yang belum diketahui oleh murid-muridnya. Ia sangat senang mengajar. Baginya mengajar adalah suatu yang perbuatan yang sangat mulia.
Sebagaimana telah diketahui oleh semua muslim, bahwa ada sembilan puluh Sembilan nama yang baik bagi Allah SWT yang di antaranya adalah yang maha mengetahi. Dan sebagaimana yang kita ketahui bahwa para guru adalah wakil Allah untuk memberitahu semua ilmu yang telah guru kuasai. Oleh sebab itu Dodi selalu bersemangat mengajarkan banyak hal kepada semua murid-muridnya. Karena ia yakin bahwa ia akan mendapatkan kebaikan lainnya yang telah menunggu ia di masa depan. Ia juga selalu berdoa agar semua yang dilakukannya itu mendapatkan ridho dari Allah SWT, supaya di akhir hayatnya kelak ia bisa tersenyum bahagia.
Suatu hari ada seorang anak yang sangat nakal sudah membuatnya Dodi sebagai guru kesal atas kelakuan anak itu. Kejadian itu membuatnya ingat akan masa ia di waktu kecil.Semasa kecil Dodi adalah seorang anak yang paling cerdas diantara teman-teman sebayanya dulu. Tetapi juga ia adalah anak yang sangat nakal. Ia sering bolos, tidak suka mengerjakan tugas dari guru-gurunya. Saking nakalnya, ia hampir dikeluarkan dari sekolahnya dulu. Tapi guru-gurunya memberikan kesempatan lagi kepada ia, karena guru-gurunya sangat yakin bahwa Dodi bisa mengubah kebiasaannya itu.
Tapi Dodi tidak mendengarkan perkataan guru-gurunya tersebut. Ia terus menerus melakukan hal yang sama. Hal yang tak wajar dilakukan oleh seorang anak dari keluarga yang sebagian keluarganya berprofesi sebagai guru.Lalu Dodi kecil pun di pindahkan dari sekolahnya dulu. Tapi lingkunagnnya yang baru tidak semulus yang ia pikirkan. Di sekolahnya yang baru itu, ia memdapatkan guru-guru yang tidak bersahabat. Ia selalu mendapatkan hukuman ketika ia melakukan hal yang kurang berkenan oleh gurunya. Tak banyak hal yang tidak ia lakukan lagi seperti dulu.Setelah Dodi kecil menceritakan hal itu kepada orang tuanya, ia disuruh untuk selalu mendekatkan dirinya kepada allah. Ia pun disuruh untuk mengikuti pengajian di mesjid yang dekat rumahnya setelah pulang sekolah.Biarpun di luar Dodi adalah anak yang sangat nakal. Ia tidak akan menbantah perkataan orang tuanya. Karena ia tahu bahwa melawan orang tuanya adalah boomerang yang akan menyerang balik.
Dodi rajin mengikuti pengjian-pengajian yang sedikit demi sedikit telah mengubahnya menjadi lebih baik. Dan setelah beberapa bulan ia menyadari bahwa menjadi seorang guru tidaklah mudah tapi pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mulia.
Tiba-tiba ia merindukan guru-gurunya dulu. Ia menyadari bahwa ia telah memberikan suatu hal buruk pada guru-gurunya dulu. Dalam pikirannya sekarang adalah meminta maaf karena ia telah menyakiti gurunya dulu. Guru adalah wakil allah. Oleh karena itu Dodi menyesal telah menyakiti wakil allah, secara tidak langsung ia telah menyakiti allah.
Dan setelah beberapa bulan setelah Dodi meminta maaf pada semua guru yang telah memberikan semua ilmu padanya. Hari guru akan datang. Hari inilah yang telah ia tunggu-tunggu, karena ia adalah wakil dari sekolahnya untuk mengikuti lomba mengarang yang bertema “Ketika Aku Menjadi Guru”. Dodi sangat bersemangat, karena dengan cara inilah yang bisa membanggakan gurunya. Dan beban kesalahan yang lalu bisa ia hapus dari benaknya.
Setelah lama ia menunggu, tibalah saatnya ia menyampaikan amsprirasinya.
Ketika aku menjadi guru!” teriak Dodi dengan lantang. ”Aku akan berbakti kepada Negara dan tentunya pada Allah SWT. untuk selalu menjadi yang terbaik : mengajar dengan sepenuh hati kepada semua murid-murid. Aku akan berbagi semua ilmu yang telah aku dapatkan. Karena sesungguhnya di dalam agama berbagi ilmu itu sangat dianjurkan kepada siapa pun dan apa pun bentuknya. Pada masa sekarang ini, banyak sekali orang yang tidak menghargai bahkan menyepelekan guru. Entah itu disengaja atau pun tidak. Sungguh menyedihkan…………………..”
Lombapun berakhir. Dan Dodilah yang menjadi juara perlombaan tersebut.
Dodi terbanggun dari lamunannya oleh seorang anak yang ingin bertanya padanya. Ia akan terus berusaha agar ia bisa diterima oleh semua murid-muridnya. Kesabaran dan ketekunan bisa membawanya kesuatu hal yang lebih baik lagi.

No comments: